Oleh: Papa El Gabe
Sungguh tidak kami sangka, ketika ada domba-domba datang ke desa kami, tidak ada terlintas dalam pikiran kami bahwa domba-domba ini akan membuat persoalan baru di desa kami, yang selama ini dalam keadaan tenteram dan penuh dengan canda tawa. Kami pikir bahwa domba-domba yang datang ke desa kami ini sama dengan domba-domba yang kami kenal sebelumnya. Baik, ramah, terbuka dan penuh dengan humoris. Itulah dalam pikiran kami penduduk desa yang lugu dan bersahaja. Oleh sebab itu kami penduduk desa membuka tangan lebar-lebar, menyambutnya dengan hati terbuka dan tidak curiga.
Sungguh tidak kami sangka, ketika ada domba-domba datang ke desa kami, tidak ada terlintas dalam pikiran kami bahwa domba-domba ini akan membuat persoalan baru di desa kami, yang selama ini dalam keadaan tenteram dan penuh dengan canda tawa. Kami pikir bahwa domba-domba yang datang ke desa kami ini sama dengan domba-domba yang kami kenal sebelumnya. Baik, ramah, terbuka dan penuh dengan humoris. Itulah dalam pikiran kami penduduk desa yang lugu dan bersahaja. Oleh sebab itu kami penduduk desa membuka tangan lebar-lebar, menyambutnya dengan hati terbuka dan tidak curiga.
Memang benar kata sebagaian orang, bahwa pikiran positif tidak selalu di ikuti hal-hal yang positif.
Pada mulanya memang bersahabat, seakan-akan membawa suatu perubahan yang signifikan di desa kami, seakan-akan sebagai dewa penolong yang membawa kenyamanan dan ketenteraman. Kamipun tidak merasa terganggu ketika domba-domba itu mulai beranak pinak, melahirkan keturunan-keturunannya didesa kami.
Suatu hari ada anak domba yang baru dilahirkan disuatu tempat, tepatnya di depan desa kami, yaitu di dekat pintu gerbang desa kami. Tempat ini adalah suatu tempat jika seseorang yang hendak masuk ke desa kami ini, harus melalui tempat ini, untuk diperiksa apakah seseorang tersebut layak masuk ke desa kami, persis dimana domba ini dilahirkan.
Bagaikan petir disiang bolong, tidak disangka-sangka, baru beberapa saat anak domba ini dilahirkan, sudah langsung berdiri tegak, memandang kesekelilingnya dengan tatapan sadis, dengan mata menantang, tidak bersahabat, bahkan seolah-olah berkata: hari ini telah lahir sang penjagal.
Anak domba ini langsung berjalan dengan gagah, penuh percaya diri, dan agaknya sedikit memancarkan kesombongan dan keangkuhan, kearah segerombolan singa yang tidak jauh dari tempat dimana domba ini dilahirkan. Anak domba itu tidak merasa gentar, tidak ada dalam pikirannya bahwa yang ia datangi adalah segerombolan singa-singa yang ganas- ganas. Langkahnya mantap, perlahan tapi pasti , ia berjalan mengarah ke salah satu singa yang agaknya menjadi korban pertamanya. Persis tepat di depan singa yang ditujunya itu, anak domba membuka mulutnya lebar-lebar, hendak menerkam dan mencabik singa itu, Fastastis !, anak domba yang baru lahir itu punya Taring. Ya anak domba yang baru lahir itu punya taring. Singa-singa yang lain yang ada disekitar itu sepakat untuk membela kawannya, berkumpul, menyatukan pikiran dan anehnya singa-singa itu seakan-akan tidak ada kekuatan untuk menghalau anak domba yang baru lahir itu. Singa-singa itu hanya bisa berkumpul dan menyatukan pikiran saja, tidak tahu apa yang dapat dilakukan untuk membela temanya, buntu dan mati kutu, itulah mungkin kata-kata yang pas ditujukan kepada segerombolan singa itu saat ini.
Persis saat taring anak domba yang baru lahir itu pas dileher salah satu singa , untuk dicabik- cabik, saat itu juga ada singa yang lain, yang selama ini mungkin seakan terlupakan, karena kesibukannya ditempat yang baru atau kesibukan yang lain, bisa saja, yang pada waktu-waktu yang lalu kami tahu adalah singa yang sangat disegani, yang aumannya dapat mengetarkan orang-orang disekitarnya, yang jika mendengar namanya mungkin orang akan kecut, berjalan kearah anak domba tersebut, dan juga sekaligus menatap induk domba yang ada disekitar tempat itu, dengan tatapan tajam penuh ancaman, seperti tatapan singa-singa jantan yang ganas, ya tatapan yang membuat nyali orang bisa jadi ciut, berhasil melunakkan induk domba yang baru lahir itu dan anak domba yang punya taring itu perlahan undur diri dari singa yang hampir di terkamnya untuk di cabik-cabik.
Pemandangan yang sangat mengagumkan sekaligus menyeramkan, anak domba yang baru lahir, mendatangi segerombolan singa-singa dengan gagah perkasa.
Kami anak-anak kecil di kota kecil, persisnya di desa kami yang kecil, di dekat kali yang besar, hanya bisa berdiri termenung bingung, hanya bisa berdiri terpaku kaku, sementara di sudut sana, duduk dengan tenang lima orang dewasa yang mungkin sudah punya anak istri, tersenyum bangga, tersenyum penuh arti, kemenangan.
Banuayu, 12 Juni 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar