Oleh Papa El Gabe
Sore itu seorang pemuda kira-kira berumur dua puluhan tahun, naik kereta api hendak pulang kerumah orang tuanya di luar kota. Baru hari ini pemuda itu bisa pulang ke kampungnya untuk liburan, karena selama dua tahun ini pemuda tersebut tidak bisa pulang atau tidak diberi atasannya meninggalkan kerjanya, karena memang saat itu perusahaan dimana dia bekerja sangat membutuhkan tenaga dan pikirannya.
Pemuda tersebut baru bekerja selama dua tahun di perusahaan sekarang ini, setelah dia menamatkan kuliahnya dari sebuah perguruan tinggi negeri yang sangat terkenal dengan predikat kelulusan yang sangat memuaskan.
Tidak heran jika setamatnya dari bangku kuliah dia tidak sulit mendapatkan pekerjaan yang diingininya. Dan dia bekerja disebuah perusahan multi nasional dengan jabatan yang cukup baik.
Pemuda itu adalah seorang pekerja yang ulet dan rajin dan tidak neko-neko, karena dari kecil kedua orang tuanya telah menanamkan hal-hal yang positif dalam kehidupannya.
Disebelah pemuda itu duduk seorang orang tua, yang perawakannya mungkin seorang bekas Pekerja yang sangat ulet dan berkarakter yang baik. Memang orang tua tersebut adalah pensiunan dari sebuah perusahaan BUMN yang sangat diminati banyak orang, karena BUMN itu adalah salah satu BUMN yang pegawainya sangat makmur menurut ukuran bangsa ini.
Dan kehidupan orang tua itupun melebihi kehidupan rata-rata orang yang tinggal dinegeri ini. Hartanya cukup untuk kehidupan keluarganya dan bahkan mungkin berlebihan.
Seperti biasanya, mereka berdua menyapa satu dengan yang lain dan menanyakan kemana dan dimana mereka tinggal. Orang tua tersebut tinggal diibu kota negeri ini dan hendak kekota M, untuk melihat perkebunan serta ternaknya, sedangkan pemuda itu hendak kekota S menjumpai kedua orang tuanya dan adik-adiknya.
Dan akhirnya pemuda itu menanyakan sesuatu kepada orang tua itu, yang selama ini yang menjadi angan-angannya dan harapannya.
“ Pak, karyawan sejati itu seperti apa ya ?”.kata pemuda itu bertanya penuh harap.
Orang tua itu menatap wajah pemuda itu dalam-dalam, seakan menyelidiki, karena dahulu orang tua itu semasa mudanya dalam pikirannya dan harapannya adalah menjadi karyawan yang baik dan jujur. Dan sekarang setelah pensiun ada seorang pemuda menanyakan hal yang sama dengan keinginannya. Lama orang tua itu berpikir.
“ Ma’af pak, jika pertanyaan ini mengganggu bapak”, kata pemuda itu tak sabar menunggu jawaban orang tua itu.
“ Oh, tidak.. tidak”, jawab orang tua itu dan lanjutnya lagi, “ lama bapak tidak mendengar pertanyaan seperti ini, bahkan jarang bapak melihat seorang pemuda sepertimu ini menanyakan hal ini, bapak kagum kepadamu nak, dan bapak berpikir bahwa kamu punya cita-cita akan menjadi seperti itu atau mungkin ingin mencapai seperti itu”.
“ Begini pak, dikantor kami ditempat saya bekerja sekarang ini, kami dituntut menjadi seorang karyawan yang baik, karyawan sejati, karyawan yang harus mematuhi semua peraturan-peraturan perusahaan “.
“ Itu baik, dan harus “, kata orang tua itu mantap.
“ Memang benar, kita harus bekerja menurut peraturan-peraturan dan harus giat , tapi apakah yang harus rajin dan giat dan yang harus menuruti peraturan-peraturan itu adalah level tertentu kebawah, sedangkan level tertentu keatas bukan dianggap karyawan yang harus dituntut untuk konsisten akan semua peraturan yang berlaku di perusahaan itu ?”, jawab pemuda itu seakan curhat.
“ Maksudmu,nak “, kata orang tua itu.
“ Seperti pertanyaan ku tadi, pak, karyawan sejati itu seperti apa, atau mungkin karyawan sejati itu adalah orang yang mampu membuat peraturan saja, atau orang yang pintar memberi perintah dan memaksakan semua peraturan untuk dikerjakan dan dapat menguntungkan perusahaan saja, atau yang bagaimana, pak”.
“ Itu sebahagiannya, nak “.
“ Jika itu sebahagiannya, jadi karyawan sejati itu adalah orang yang mampu membuat peratuaran yang menguntungkan perusahaan tanpa memikirkan sebahagian karyawan yang lain, dan akan bertindak dengan keras orang-orang yang melanggar peraturan tanpa melihat kesalahan orang tersebut dengan seksama “. Kata pemuda itu kurang puas, karena dalam pemikiran pemuda itu seorang karyawan sejati adalah seorang karyawan yang bekerja keras, taat kepada peraturan dan tanpa neko-neko dan hanya menerima upah sebesar yang telah ditetapkan dan mempergunakannya dengan sebaik-baiknya.
“ Anak muda, karyawan sejati itu menurut bapak adalah seorang yang bekerja dengan sungguh-sungguh, baik dari level yang paling tinggi – karena semua orang yang bekerja adalah karyawan – sampai level paling rendah, sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing – sekecil apapun tanggung jawab kita, kita harus mengerjakan dengan sebaik-baiknya – harus mengikuti dan melaksanakan pekerjaan menurut peraturan yang berlaku dan setiap yang kita kerjakan harus menguntungkan semua pihak, sekali lagi anak muda, harus menguntungkan semua pihak, tidak hanya satu pihak atau pihak tertentu saja. Jika kita sebagai atasan maka setiap tindakan kita harus teruji dan tidak menekan bawahan, jika kita sebagai bawahan, kita harus patuh kepada atasan, jika kita penentu dan pembuat keputusan, maka keputusan yang kita buat harus dapat diterima semua pihak, baik pihak atasan maupun pihak bawahan, tidak boleh miring dan tidak boleh berat sebelah. Hal ini sangat sulit tapi inilah yang harus kita lakukan”. Kata orang tua itu dengan mantap.
Pemuda itu sepakat dengan apa yang dikatakan orang tua itu. Karyawan sejati harus dapat menahan diri dari ketidak adilan, dari kecurangan-kecurangan dan mencukupkan upah yang dia terima tanpa harus menambah penghasilan dengan cara yang tidak halal. Harus mampu menahan diri dari godaan-godaan sekalipun diiming-imingi dengan karir yang lebih baik.
Sesampai di kota M, orang tua itu turun dari kereta dan sebelum berpisah mereka tidak lupa mengatakan alamat mereka masing-masing dikota J, dan pemuda itu melanjutkan perjalanannya ke kota S untuk menjumpai kedua orang tua dan adik-adiknya.
Sepuluh tahun kemudian, seorang tua termenung, terpaku dan sedikit ada rasa penyesalan, ketika dia berdiri didepan sebuah rumah yang sangat sederhana dia melihat dua orang anak, seorang anak perempuan berumur delapan tahun dan seorang anak laki-laki berumur enam tahun bermain didepan rumah yang sangat sedernaha itu. Permainan mereka adalah sebuah ban mobil merek BS, ya hanya sebuah ban mobil, dan lima menit kemudia sebuah sepeda motor bebek yang sedikit butut dikeluarkan dari dalam rumah oleh seorang laki-laki tiga puluhan tahun dan diiringi seorang perempuan yang cantik dan manis, dengan lambaian penuh cinta perempuan itu melepaskan suaminya pergi bekerja, dan suaminya penuh semangat membawa sepeda motor buitut pergi bekerja meninggalkan anak dan istri tercinta.
Dengan masih termangu orang tua tersebut seakan menyesal, pada diri sendiri, bahwa sepuluh tahun yang lalu dia lupa mengatakan kepada seorang pemuda diatas kereta api, bahwa selain bekerja keras dan jujur, dimasa sekarang ini harus ada kebijaksanaan dan kelenturan dan harus flexible menyikapi hidup dan jangan terlalu kaku. Karena keluarga kita butuh hidup yang selayaknya.
Lelaki umur tigapuluhan tahun itu dengan sepeda motor bututnya, dengan hati riang bekerja dengan sekuat tenaga dan jujur dan penuh rasa tanggung jawab. Dia bekerja dengan gembira karena dia dan istri dan kedua anak-anaknya, dapat menikmati kehidupan ini dengan gembira, walaupun kehidupan mereka adalah kehidupan masyarakat yang seadanya saja. Dengan rumah yang sangat sederhana, tapi mereka dapat menikmati dengan gembira, karena dalam pikiran keluarga ini bahwa mereka harus selalu bersyukur dalam segala hal, karena hari ini adalah hari yang indah yang Tuhan ciptakan, dan jangan ada satupun diantara kita umatnya yang menodai hari ini dengan hal-hal yang tidak bertanggung jawab, karena semuanya ada waktunya, ada waktu senang dan ada waktu susah. Ada waktu menangis dan ada waktu tertawa, jadi kita harus selalu bersyukur dan seharusnya selalu bersyukur.
Membacang, Oktober 2010.
I like this, thq papa el gabe
BalasHapusmantap....
BalasHapus